Inkonsistensi Berkarya
Aku orangnya irian.
#
Bukan, bukan asalnya dari provinsi paling barat yang sekarang udah ganti nama itu.
Aku orangnya suka iri dengan akun-akun Instagram yang saban hari bisa posting karya-karyanya.
Iri karena kemampuanku belum ada seupil mereka,
iri karena usahaku mengasah bakat belum sekeras mereka,
iri karena (mungkin) manajemen waktuku ga lebih baik dari lontong basi.
Dari kecil aku sudah menyenangi dunia seni lebih dari anak-anak seumuran. Aku sudah bisa baca dari sekitar umur 3 tahun, dan bacaan pertamaku adalah komik Doraemon. Sekira kelas 3 atau 4 SD, aku mulai sering nggambar meniru karakter animasi seperti Doraemon, Power Rangers, dan Digimon. Kalo sedang bosen di kelas, aku gambar Agumon, lengkap dengan evolusinya yaitu Greymon, Metal Greymon, dan Wargreymon (what a great childhood back then~). Aku juga sering menggambar apa saja, mulai dari pemandangan yang super mainstream macam dua gunung di tengahnya ada matahari terbit lengkap dengan jalan raya, rumah, dan sawah; hingga menggambar bis dengan desain yang tidak biasa.
Bodohnya Cerdiknya aku, gambar-gambar ini kemudian kujual kepada teman-teman sekolahku,
dan beberapa laku. Setiap gambar kujual seharga Rp100,-.
Percayalah, sampai sekarang aku ga tahu apa motivasi teman-teman membeli gambarku itu. Aku hanya bisa berharap itu bukan keputusan terburuk yang pernah mereka ambil di hidup.
Tradisi dan kebiasaan berkutat dengan seni terkikis saat aku masuk SLTP (sekarang SMP. Iya, aku tua).
Masa ini lebih banyak kuhabiskan dengan bermain PS. Walaupun terdengar ga ada gunanya, percayalah, kemampuan Bahasa Inggrisku tumbuh karena bermain game. Saat menginjak SMA, aku sempat menggeluti seni musik. Namun hingga saat ini aku masih gagap menekan senar gitar dengan jari kelingking.
Aku mulai menggambar lagi di akhir masa perkuliahan hingga sekarang. Rentang waktu ini yang sampe sekarang masih jadi penyesalan. Kenapa? Karena aku membuang lebih dari 10 tahun tanpa mengasah kemampuan gambar tersebut.
Saya pernah dengar entah di mana, bahwa
ketika kita mengenali dan mampu menunjukkan kekuatan terbesar kita, maka dosa-dosa kecil kita akan terampuni. #
Saya sadar saya punya bakat menggambar, dan ingin coba terus fokus mengasah kemampuan ini, agar kemampuan masak saya yang bisa bikin air putih jadi hangus bisa tertutupi.
Dulu banget waktu aku masih sering percaya sama horoskop, aku sering baca kalo Gemini adalah orang yang inkonsisten, sering memulai pekerjaan baru saat pekerjaan lama masih belum selesai. Aku tidak percaya sama sekali dengan yang namanya horoskop, tapi untuk yang ini memang benar-benar kejadian.
Aku sadar iri aja ga cukup. Salah satu PR adalah gimana iri tersebut dapat berkembang menjadi motivasi untuk belajar lebih.
Kalo iri itu berdosa, biarlah kali ini saya menanggung dosa tersebut. Bukankan untuk maju dan berkembang harus mau sedikit berkorban? #
Sebagai penutup, aku sajikan salah satu karya di masa-masa saya mulai menggambar kembali.
The Scavenger.